Pages

PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO


DASAR TEORI
Suatu logam mempunyai sifat mekanik yang tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada struktur mikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang sama dapat memiliki struktur mikro yang berbeda, dan sifat mekaniknyapun akan berbeda. Ini tergantung pada proses pengerjaan dan proses laku-panas yang diterima selama proses pengerjaan. Pengamatan struktur mikro dapat menggunakan mikroskop, dengan prinsip seperti ditunjukkan Gambar

Gambar (a) Prinsip dan komponen mikroskop metalurgi dan pencahayaan dari sistem optik , obyek dan penampakannya, (b) Penampakan butir yang telah dipolis dan dietsa menggunakan mikroskop optic.
Baja (steel) merupakan paduan Fe dan C dengan kandungan karbon kurang dari 2,1 %. Besi murni sering disebut ferit (Gambar 5.2(a). Baja itu sendiri menurut kandungan karbonnya terbagi menjadi yaitu baja hipotektoid dan baja eutektoid
Hipereutektoid (Gambar, (b), (c), dan (d)). Pada suhu ruang,baja hipotektoid   (kandungan karbon kurang dari 0,77%) terdiri dari butir-butir kristal ferrit clan perlit. baja hipereutektoid berupa jaringan sementit dan perlit, sedangkan untuk baja eutektoid terdiri dari perlit eutektoid.


Gambar Strukturmikro baja (a) ferit, C= 0 %  pembesarn 95 X , (b) Hipotektoid,C=0,38 %  pembesaran 635 x, (c) Perlit pembesaran500 X, dan (d) Hipereutektoid C=1,0 %  pembesaran 1000 X.

Dalam suatu proses laku panas, transformasi austenit pada pendinginan memegang peranan penting terhadap sifat baja.yang dikenai suatu proses laku panas. Austenit dari baja hypoeutektoid bila didinginkan dengan lambat maka pada temperatur kamar akan berstruktur mikro ferit (proeutektoid) dan struktur yang berlapis-lapis (lamellar) terdiri dari ferrit dan sementit, yang disebut perlit (pearlite). Semakin tinggi kadar karbon dari baja ini makin banyak jumlah perlitnya dibandingkan dengan jumlah ferritnya, clan struktur akan terdiri dari perlit seluruhnya pada baja dengan komposisi eutektoid (baja eutektoid, 0,77 % C).
Transformasi dari austenit menjadi perlit terjadi karena perpindahan atom­atom secara diffusi, karenanya akan memerlukan waktu lama. Dengan pendinginan lambat akan tersedia cukup waktu berlangsungnya diffusi sehingga dapat terbentuk perlit yang lamellar. Bila pendinginan agak cepat maka tidak lagi cukup waktu untuk menyelesaikan seluruh transformasi pada temperatur eutektoid A1. Transformasiakan berlangsung pada temperatur yang lebih rendah, dan pada temperatur yang lebih rendah ini gerakan atom-atom (diffusi) menjadi lebih terbatas, sehingga lebar lamel menjadi lebih kecil dan butiran-butiran kristal yang terjadi akan lebih kecil/halus. Bahkan bila pendinginan berlangsung lebih cepat lagi akan dapat terbentuk struktur mikro yang berbeda dari apa yang terbentuk pada pendinginan lambat yaitu menjadi fasa martensit yang bersifat mekanis sangat keras tetapi getas (Gambar)
Gambar Struktur Martensit, 200X

Dalam diagram Fe-Fe3C di atas paduan Fe dan C dimana kandungan karbon lebih besar dari 2,1 % sampai dengan 6,57 % , maka disebut besi cor . Besi cor bermacam-macam jenisnya tergantung dari proses dan sifat mekanisnya. Seperti ditunjukkan oleh Gambar
Gambar (a) Struktur mikro besi cor kelabu dengan grafit serpih, matriks perlit, 500 x,b) Besi cor nodular, 200 x, (c) besi cor putih, 400 x, (d) besi cor malleabele, 150 x

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui fase struktur mikro yang terdapat pada suatu bahan logam.
2. Mahasiswa mengetahui bentuk struktur mikro bahan logam yang diteliti.
3. Mahasiswa mengetahui sifat fisis dan mekanik bahan logam berdasar struktur mikronya.


ALAT DAN BAHAN
1.    Peralatan Praktikum
a. Mikroskop metalografi
b. Kamera dan film
c. Gergaji d. Kikir
 e. Mesin Amplas dan Poleshing
f. Perata Spesimen dan Dudukan Spesimen
g. Kertas Amplas  No. 120, 200, 400, 800, 1000, 1200
 h. Pengering Spesimen
 i. Alkohol
 j. Aquades
 k.Larutan HN035%
 l. Autosol
m. Kain Pembersih(Kain Majun)
2. Bahan Praktikum
 a. Baja quenching air
 b. Baja tanpa perlakuan panas
 c. Baja quenching minyak
 d. Baja di Annealing



 PERSIAPAN BENDA UJI
1. Posisi Pengambilan Spesimen
a.     Pemotongan benda dilakukan dengan gerinda secara hati-hati supaya:
o   tidak terjadi perubahan struktur akibat panas yang timbul saat pemotongan
o   tidak terjadi perubahan bentuk specimen akibat beban alat potong
b.    Untuk arah pemotongan specimen yaitu arah memanjang, arah menyilang dan arah sejajar.
c.     Buat benda uji dengan ukuran yang baik sesuai petunjuk

2. Langkah-Langkah Preparasi Spesimen/ penyiapan spesimen
a.       Menentukan bidang pengujian, kemudian bidang tersebut digerinda, chamfer sisi-sisi tajam. Untuk menghindari panas, benda uji dicelupkan benda uji ke wadah air secara periodic selama proses penggerindaan.
b.      Melakukan pengampelasan kering, gunakan air untuk pendinginan benda uji sampai didapat alur goresan segaris dan alur hasil gerinda sebelumnya hilang.
c.       Melakukan pengampelasan basah mulai dari No. 120 sampai dengan 1200 dengan dilakukan berurutan dari kasar ke halus. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan cepat harus diperhatikan hal-hal berikut:
o   Air mengalir untuk pendingin harus cukup
o   Tekan benda uji sehingga terasa memotong dan memakan bidang benda uji.
o   Arah alur minimum dua kali berubah arah (pemakanan tegak lurus alur lama)
o   Jika alat tidak dipakai dalam beberapa saat, biarkan air mengalir pada kertas amplas
o   Sebelum ganti amplas biarkan dulu air mengalir pada kertas amplas dan benda uji dicuci dengan air lalu keringkan.
o   Kertas amplas diganti setelah alur sisa amplas sebelumnya sudah hilang.
o   Jika dilakukan dengan benar dan hati-hati maka waktu yang dibutuhkan ± 30 menit, setelah itu benda uji dapat dipoles.
3. Langkah-Langkah Pemolesan
a.       Melakukan polishing untuk benda uji sampai didapatkan permukaan benda uji yang rata mengkilap, tidak ada bekas amplas. Dalam polishing yang harus diperhatikan:
o   polishing dilakukan tanpa air mengalir
o   media poles yang digunakan Alumina/ Autosol secukupnya
o   setelah permukaan benda uji halus dan mengkilap tanpa goresan, bersihlcan permukaan benda uji dengan alcohol atau air.
b.      Mengeringkan permukaan benda uji dengan pengering, jangan disentuh dengan tangan karena lemak dari tangan dapat menempel/ mengotori permukaan benda uji
4. Pengetsaan Spesimen
a.       Bahan etsa yang dipakai yaitu Nital
o   Untuk besi cor, besi cor nodular: dietsa pada setengah permukaan
o   Untuk steel : di etsa pada seluruh permukaan
b.    Pembuatan bahan etsa yaitu Nital
o   Menyiapkan larutan HN03 : 98% sebanyak besarnya % natal yang akan digunakan (2%, 3%, 4%, 5%, dll.)
o   Menyiapkan alcohol sebagai pencampur larutan HN03 sebanyak 100%.
o   Campurkan kedua larutan tersebut dan gunakan untuk etsa.
c.       Proses pengetsaan specimen
o   Membersihkan specimen / dilap dengan tissue setelah specimen dipoles Celupkan specimen ke dalam larutan Nital dengan konsentrasi tertentu selama 5 -10 detik.
o   Mencuci specimen dengan air bersih / aquades.
o   Membersihkan specimen dengan mengusap specimen dengan kapas yang telah  dibasahi dengan alcohol atau aseto
o   Mengeringkan specimen dengan `hair dryer'
o   Melihat struktur mikro specimen pada mikroskop metalografi.


PROSEDUR PELAKSANAAN
1.         Persiapan Alat Pengujian
a.                  Menyiapkan benda uji dan pastikan permukaan benda bersih dan telah dietsa.
b.                  Meletakkan dan tempelkan benda uji pada malam yang berada pada plat landasan   agar benda uji berada pada posisi horizontal
c.                  Meratakan benda uji dengan perata sample, lindungi permukaan benda uji dengan tissue agar permukaan tidak tergores.
d.                 Menyiapkan Mikroskop untuk pengujian
o   Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung yang disebut lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa obyektif: lensa yang dekat dengan benda, lensa okuler: lensa yang dekat mata.
o   Prinsip kerja dari mikroskop adalah lensa obyektif berhadapan langsung dengan benda uji dengan jarak tertentu dan jarak ini dapat diatur dengan menaik atau menurunkan meja benda uji untuk mendapatkan titik focus. Bayangan nyata terbalik tadi oleh lensa okuler diperbesar menjadi bayangan maya. Sedangkan ukuran perbesaran bayangan maya benda uji tadi terhadap benda uji desebut dengan `Perbesaran'.
e.                  Meletakkan benda uji dibawah lensa obyektif dari mikroskop
f.                   Menghidupkan lampu mikroskop
g.                  Mengarahkan pandangan mikroskop pada bagian benda uji yang akan diamati dengan cara memutar posisi maju-mundur da kanan-kiri.
h.                  melakukan pengamatan dan bandingkan dengan `Table Metal Handbook’.Kemudian lakukan pemotretan.
2.      Pemotretan Spesimen
a.       Memeriksa baterai yang digunakan kamera (dengan menghidupkan kamera)
b.      Melepaskan kamera dengan menekan kunci pengencang dengan diputar dan tarik ke atas
c.       Memasang negative film (Asa 100 atau 200)
d.      Memasang kembali kamera pada tempat semula
e.       Menghidupkan kamera
f.       Melakukan pengesetan kamera agar proses pemotretan dapat berjalan lancer.
g.      Memfokuskan benda uji dibawah lensa obyektif
h.      Melakukan penekanan tombol untuk proses pemotretan sesuai dengan pembesaran yang dinginkdiinginkan
i.        Pada setiap pemotretan kembalikan tombol foto ke posisi semula
j.        Setelah negative film habis untuk pemotretan lakukan penggulungan film k. Cucikan negative film kemudian cetak.

3.PengamatanSpesimn
a. Memeriksa cetakan gambar specimen dilakukan analisa, jika pelanggan minta untuk dianalisa mengenai bentuka, susunan dan ukuran grafit sesuai standar yang digunakan yaitu SNI 07-3622-1994.
b. Membanding standar digunakan untuk penentuan bentuk susunan dan besar grafit digunakan pembesaran 100X.
c. Mengamatkan  pembandingan gambar specimen juga menggunakan `Tabel Metal Handbook'.
d. Dalam menentukan struktur dari benda uji jika digunakan pembanding disesuaikan dengan pembesaran dari pembanding tersebut.
e. Untuk memperlihatkan mikrostruktur atau memperjelas dapat digunakan pembesaran yang lebih besar, tergantung dari kebutuhan.
f. Memperhitungkan pembesaran sebenarnya pada gambar adalah sebagai  berikut

Pembesaran = 
                                  

            dengan  :            Pob  =  Pembesaran lensa obyek
                                      Pok  =  Pembesaran lensa okuler
                                      Pcf   = panjang cetakan film
                                      Pfn   = Panjang negatif film
                                      fk      = Faktor koreksi



PENGUJIAN ROTARY BENDING



Dasar Teori

       Kelelahan atau fatig menurut ASM (1975) didefinisikan sebagai proses perubahan struktur permanen lokal progresif pada material yang berada pada kondisi yang menghasilkan fluktuasi regangan dan tegangan di bawah kekuatan tariknya dan pada satu titik atau banyak titik yang dapat memuncak menjadi retak (crack) atau patahan (fracture) secara keseluruhan sesudah  fluktuasi tertentu.
Kegagalan lelah (fatigue failure) terjadi secara tiba-tiba pada tegangan  jauh di bawah tegangan maksimumnya dan dicapai pada periode siklus tertentu yang mengakibatkan patah yang terlihat rapuh. Kegagalan lelah, atau kelelahan terjadi pada keadaan beban dinamis seperti pada poros mobil, pesawat terbang, kompresor, turbin serta peralatan lainnya yang sangat tidak dinginkan karena dapat merusak sistem dan menimbulkan kerugian  besar. Bradbury (1991) menyatakan  bahwa kegagalan akibat fatik di industri sebesar 25 % dan pada komponen pesawat terbang sebesar  61 %.

       Data kelelahan rekayasa disajikan menggunakan kurva S-N, yaitu pemetaan tegangan (S) terhadap siklus (N) sampai terjadi kegagalan. Kurva S-N ini pada umumnya disajikan dalam skala semi-log seperti ditunjukkan oleh Gambar.  Untuk beberapa bahan teknik seperti baja, kurva S-N untuk daerah tegangan batas lelah (fatigue limit) berubah melandai.

Penghitungan Rolling atau pengeRollan (Roll)



Maksimum Pengurangan tebal pada pengerolan:
ho-hf= μ2 R
dengan:
ho adalah tebal plat sebelum dirol
hf adalah tebal setelah dirol
 μ adalah koefisien gesek antara rol dan plat
R adalah radius rol
GAYA DAN DAYA PENGEROLAN
Gaya pada pengerolan diestimasikan sbb:
F = L w Yavg
Dengan:
L (in) adalah panjang daerah kontak antara rol dengan plat
W (in)adalah lebar plat
Yavg (psi) adalah rata rata tegangan sebenarnya sepanjang daerah kontak.
Sedangkan gaya pada pengerolan adalah:
Daya = 2 π F L N/60.000 (kw)
Dengan F (Newton)
L (meter)
                        N (rpm)
Atau
Daya= 2 π F L N/330.000 (hp)
Dengan F (lb)
L (ft)

                        N (rpm)


CONTOH :

Plat tembaga anil lebar 9 in(228 mm) dan tebal awal 1 in (25 mm) dirol hingga menjadi tebal 0,8 in (20 mm). Radius rol 12 in (300 mm) dan putaran rol 100 rpm. Tentukan gaya dan daya pengerolan. Regangan riil rata-rata = E= ln(1/0,8)= 0,223. Dan tegangan riil rata-rata =Y avg = 26000 psi.
Penyelesaian:
Diketahui:
W = 9 in
L = in
ho =1 in
hf = 0,8 in
Yavg =26000 lb/in2

Ditanyakan:
F=?
P=?
Jawab:
           
Maksimum Pengurangan tebal pada pengerolan:
ho-hf= μ2 R
dengan:
ho adalah tebal plat sebelum dirol
hf adalah tebal setelah dirol
 μ adalah koefisien gesek antara rol dan plat
R adalah radius rol
GAYA DAN DAYA PENGEROLAN
Gaya pada pengerolan diestimasikan sbb:
F = L w Yavg
Dengan:
L (in) adalah panjang daerah kontak antara rol dengan plat
W (in)adalah lebar plat
Yavg (psi) adalah rata rata tegangan sebenarnya sepanjang daerah kontak.
Maka L =√(R(ho-hf))
            =√(12(1-0,8))
            = 1,55 in (=0,13 ft)
Regangan riil  E= ln(ho-hf )
Regangan riil saat masuk rol (minimum) = 0
Regangan riil saat keluar rol (maksimum) = E= ln(1/0,8)= 0,223
Pada reganang minimum=0 ternyata yembaga sudah memiliki tegangan 12000 psi
Pada regangan maksimum=0,223 ternyata tembaga sudah memiliki tegangan 40000 psi
Y avg =(12000+40000)/2 =26000 psi

Sedangkan daya pada pengerolan adalah:
Daya = 2 π F L N/60.000 (kw)
Dengan F (Newton)
L (meter)
                        N (rpm)
Atau
Daya= 2 π F L N/33.000 (hp)
Dengan F (lb)
L (ft)

                        N (rpm)

Kayu kayu untuk menbuat gitar berkualitas International


Kali ini saya akan memberi sebuah ilmu berupa bagaimana agar dapat memilih kayu sebelum mengcostume gitar anda sendiri dengan berbagai selera ataupun aliran yang anda semua gemari. Pertama tama kita haru mengetaui dahulu kayu yang akan anda sulap menjadi gitar.

Inilah nama serta keunggulan setiap masing masing kayu yang sering dibuat dipabrikan gitar besar dunia : 

Alder (Alnus rubra) : 



Kayu ini sering digunakan untuk body gitar karena bobotnya yang cukup ringan (sekitar 2kg untuk sebuah body stratocaster), namun dengan tone yang cukup baik. Tone yang dihasilkan oleh kayu jenis ini adalah mid cenderung bright. Kayu ini juga digunakan oleh Fender selama bertahun-tahun. Corak dari alder sendiri cukup menarik sehingga dapat difinishing dengan clear atau candy. Alder sebaiknya hanya digunakan untuk body gitar atau untuk laminated top, jangan digunakan untuk neck atau fingerboard (kayu ringan biasanya tidak terlalu kuat untuk menangani tarikan dawai). 



Ash (Fraxinus Americana) :



Seperti halnya alder, ash juga mempunyai bobot yang cukup ringan, namun sedikit lebih berat daripada alder. Kayu ini memiliki corak yang khas dan indah dengan tekstur serat yang agak kasar. Di Indonesia terdapat kembaran ash yaitu sungkai, untuk membedakannya dapat dilihat dari seratnya, dimana sungkai memiliki serat lebih kasar/besar daripada ash. Untuk tone sendiri, ash menghasilkan tone pertengahan cenderung bright (seperti alder). Idealnya, kayu ini digunakan untuk body dan laminated top, dan bukan untuk neck atau fingerboard (alasan sama dengan alder).



Basswood (Tilia Americana) :


Basswod juga merupakan salah satu kayu dengan bobot yang cukup ringan. Kayu berwarna cerah ini memiliki motif yang tidak menonjol sehingga tidak disarankan untuk difinishing transparan. Kayu ini cukup soft sehingga cukup rentan terhadap beban dan tekanan, oleh karena itu sangat tidak dianjurkan membuat neck/fretboard dengan kayu jenis ini. Sound yang dihasilhan oleh kayu ini adalah mid cenderung warm. Karena kekuatan dan motifnya yang kurang baik, kayu ini hanya cocok digunakan untuk membuat body gitar. 


Mahogany (Khaya Ivorensis) : 


Mahogany atau dalam bahasa indonesia disebut mahoni merupakan kayu yang identik dengan gibson. Sebagian besar gitar buatan Gibson menggunakan kayu jenis ini. Hal ini bukan tanpa alasan, karena mahogany memiliki karakter yang sangat baik, sound yang warm, dan sustain yang panjang mewakili ciri khas dari gitar-gitar buatan Gibson. Selain itu, kayu ini juga kuat, banyak perkakas dan interior rumah menggunakan kayu ini karena kekuatannya. Kayu ini cocok dingunakan untuk body, laminate top, dan neck, namun tidak cocok untuk fingerboard, karena kayu ini memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga fretboard akan terlihat cepat kotor. 

Rosewood (Dalbergia Latifolia) : 


Rosewood yang di Indonesia disebut dengan sonokeling, merupakan kayu keras yang paling sering digunakan sebagai fingerboard. Kayu ini merupakan kayu keras yang memiliki bobot yang cukup berat, menurut saya sih lebih berat dari mahoni. Seperti halnya mahogany, kayu ini juga menghasilkan tone yang warm dan sustain yang baik. Kayu ini dapat digunakan pada semua bagian gitar yang terbuat dari kayu seperti body, neck, fingerboard, dan top laminate, bahkan kayu ini juga sering digunakan untuk bridge.


Maple (keluarga Acer) : 



Seperti halnya mahogany, maple juga termasuk kayu keras dan kuat. Maple memiliki warna cerah dengan tekstur rapat dan corak yang bagus. Maple memiliki banyak ragam seperti flamed maple, quilted maple, birdh eyes maple, dll, dimana setiap jenis tersebut memiliki corak warna yang indah sehingga sering digunakan untuk laminate top pada body. Selain itu, pada umumnya maple digunakan sebagai neck dan fingerboard (karena kekuatan dan teksturnya yang rapat). Maple menghasilkan sound yang bright. 

Do'a Dzikir (Bacaan setelah Sholat)





Assalamualaikum wr.wb

Pada kesempatan kali ini saya akan mengajarkan bagaimana Bacaan Dzikir yang telah diajarkan oleh Rosul Allah agar kita mengerti bagaimana kekuatan doa dan dimudahkan jalan dalam kehidupan ini.

Setelah salam membaca istigfar sebanyak tiga kali kemudian mengucapkan,

اللَّهُمَ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dan dari-Mu kesejahteraan. Mahaberkah Engkau, wahai Rabb pemilik keagungan dan kemuliaan.” (Sahih; H.R. Muslim, no. 591)
Patut diperhatikan bahwa lafal zikir di atas tidak boleh ditambah dengan kata-kata:
وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْخِلْنَا دَارَ السَّلاّمِ
Hal itu dikarenakan lafal tersebut tidak berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihat Misykatul Mashabih, 1:303; Hasyiyah Ath-Thahawi ‘alal Maraqiy, 2:311.
- Kemudian mengucapkan,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mampu mencegah sesuatu yang telah Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi sesuatu yang Engkau cegah. Tidak bermanfaat kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya untuk (menebus) siksaan-Mu.” (Sahih; H.R. Bukhari, no. 6862; Muslim, no. 593; An-Nasa’i, no. 1341)
- Setelah itu, Anda bisa mengucapkan tasbih (سبحان الله), tahmid (الحمد لله), dan takbir (الله أكبر) sebanyak 33 kali, kemudian menyempurnakannya sehingga genap menjadi seratus dengan mengucapkan,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah; Rasulullah bersabda,
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Barang siapa yang bertasbih, bertahmid, dan bertakbir sebanyak 33 kali setelah melaksanakan shalat fardhu sehingga berjumlah 99 kemudian menggenapkannya untuk yang keseratus dengan ucapan “لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ” ,maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (Sahih; H.R. Muslim, no. 597)
- Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk membaca lafal tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing sebanyak 33 kali, Anda bisa juga mengucapkan tasbih, takbir, dan tahmid sebanyak 10 kali. Hal ini berdasarkan hadis Abdullah bin Amruradhiallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَلَّتَانِ لَا يُحْصِيهِمَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ أَلَا وَهُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُهُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُهُ عَشْرًا
Ada dua perkara, setiap muslim yang konsisten melakukannya akan masuk ke dalam surga. Keduanya sangatlah mudah, namun sangat jarang yang mampu konsisten mengamalkannya. (Perkara yang pertama) adalah bertasbih, bertahmid, dan bertakbir masing-masing sebanyak sepuluh kali sesudah menunaikan shalat fardhu.” (Sahih; H.R. Tirmidzi, no. 3410; Shahihut Tirmidzi, no. 2714)
- Kemudian membaca Ayat Kursi serta surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ
“Barang siapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai menunaikan shalat fardhu (wajib), maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.” (Sahih; H.R. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, no. 7532, Al-Jami’ush Shaghir wa Ziyadatuhu, no. 11410)
Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku agar membaca surat Al-Mu’awwidzat (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) setiap selesai menunaikan shalat.” (Sahih; H.R. Abu Daud, no. 1523; Shahih Sunan Abi Daud, no. 1348)